Ziarah Kubur dan Nyadran merupakan Tradisi dan Budaya setiap menjelang puasa Ramadan dan Idul Fitri.
Bagi masyarakat muslim jawa, ziarah kubur menjadi rutinitas. Setiap kamis sore atau malam jumat, para ahli waris melakukan ziarah ke makam leluhur dengan mendoakan serta membersihkan makam.
Ritual ziarah kubur dilestarikan oleh masyarakat dengan tradisi Nyadran yang dilakukan setiap bulan Sya'ban atau Ruwah.
Kegiatan tahunan begitu istimewa, karena pada bulan itu masyarakat Jawa secara khusus melaksanakan ziarah kubur bersama-sama.
Mereka yang di Perantauan pun menyempatkan diri mudik hanya untuk ziarah ke makam leluhur.
Kegiatan tahunan begitu istimewa, karena pada bulan itu masyarakat Jawa secara khusus melaksanakan ziarah kubur bersama-sama.
Mereka yang di Perantauan pun menyempatkan diri mudik hanya untuk ziarah ke makam leluhur.
Tradisi
Tradisi nyadran merupakan simbol refleksi sosial keagamaan masyarakat Jawa.
Hal tersebut memiliki nilai filosofis adanya hubungan seseorang dengan leluhur, sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Hal tersebut memiliki nilai filosofis adanya hubungan seseorang dengan leluhur, sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nyadran (Jawa) dengan Ziarah kubur (islam) merupakan ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan ritual dan obyek.
Hanya saja dalam pelaksanaannya, nyadran digelar oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah dan dilakukan bersama - sama (biasanya dipimpin kyai desa).
Sedangkan ziarah kubur bisa dilakukan siapa dan kapan saja tanpa terikat waktu dan aturan.
Hanya saja dalam pelaksanaannya, nyadran digelar oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah dan dilakukan bersama - sama (biasanya dipimpin kyai desa).
Sedangkan ziarah kubur bisa dilakukan siapa dan kapan saja tanpa terikat waktu dan aturan.
Secara budaya, tradisi nyadran bukan sebatas membersihkan makam leluhur, tabur bunga, selamatan atau lainnya yang dilandasi dengan doa.
Hal yang terpenting adalah nyadran merupakan wahana silaturahmi keluarga, masyarakat dalam satu daerah sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya dan keagamaan.
Hal yang terpenting adalah nyadran merupakan wahana silaturahmi keluarga, masyarakat dalam satu daerah sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya dan keagamaan.
Tata Cara
Dari tata caranya, nyadran tidak sekadar ziarah, tapi juga memiliki nilai sosial budaya, seperti budaya gotong royong, guyub rukun, pengorbanan dan ekonomi (ada kotak amal di pintu masuk area pemakaman).
Disitu ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang diantara warga atau anggota trah dan keluarga. Serta adanya transformasi budaya dan tradisi dari generasi tua kepada yang muda.
Disitu ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang diantara warga atau anggota trah dan keluarga. Serta adanya transformasi budaya dan tradisi dari generasi tua kepada yang muda.
Dalam konteks modern, nyadran menlelma menjadi wisata rohani individu, keluarga maupun kelompok masyarakat di tengah kesibukan sehari-hari.
Melalui nyadran manusia diajak bersentuhan dan bercengkrama dengan nilai-nilai budaya dan agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Melalui nyadran manusia diajak bersentuhan dan bercengkrama dengan nilai-nilai budaya dan agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
0 Response to "Nyadran"
Post a Comment