IdWebHost

Senjata Tercanggih


ArtikeL ini ditulis mengutip Buku dari Seorang Master Magic di Indonesia berjudul "Mantra".
Tentang sebuah senjata yang sangat ampuh dari zaman purba sampai kini.

Berbicara

Petikan Ebook NLP dari buku ” Mantra” by The Deepest Mind Corbuzier


Ada sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa "Lidah lebih tajam daripada pedang". 

Hal tersebut terkadang sering kali terbukti dalam kehidupan sehari-hari manusia, baik di bidang bisnis maupun politik, ataupun dalam keseharian manusia ketika bersosialisasi. 

Kata-kata terkadang dapat mendorong manusia untuk berbuat dan mengambil tindakan yang amat- sangat diinginkannya tanpa harus melakukan sesuatu pun. Jelas hal itu dapat terjadi bila manusia dapat menggunakan kata-kata yang dipilihnya secara tepat. 

Pada kesempatan ini, saya ingin mengatakan bahwa kata-kata yang tepat dapat berguna sebagai "Mantra", yaitu alat beladiri manusia yang paling ampuh di sepanjang sejarah kehidupan manusia.

 Pernahkah Anda mendengar ada peperangan yang dimenangkan hanya dengan kata-kata? 
Tahukah Anda bahwa Hitler dapat mengumpulkan massa sebanyak itu, mengubah paradigma berpikir mereka, dan kemudian membuat mereka mendukung aksi gilanya dengan hanya bermodalkan kata-kata? 

Atau, bagaimana bila saya katakan bahwa dengan menggunakan kata-kata yang tepat, Anda dapat melakukan hal-hal yang selama ini tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya? 

Hal yang paling sederhana saja. Misalnya, memengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang Anda minta. Atau, menyelesaikan masalah Anda yang sebelumnya sulit Anda pecahkan sendiri. 

Atau mungkin, mendapatkan posisi yang lebih tinggi lagi di dalam pekerjaan, atau bahkan membaca pikiran lawan bicara sembari Anda berdialog dengannya? 

Percaya atau tidak semua itu dapat Anda lakukan bila Anda mampu menggunakan "Mantra" yang tepat ketika berdialog dengan lawan bicara Anda.

 Sekadar tambahan, tidak sedikit sejarah manusia yang berhasil diubah oleh para tokoh termuka di dunia, hanya dengan kata- kata yang tepat dan penyampaian yang sempurna. 

Mahatma Gandhi, misalnya. Apakah ia adalah orang yang memenangkan pertempuran dengan senjata? 
Saya rasa tidak demikian! 

Ia menggunakan kata- kata, pendekatan, dan karisma yang tepat dalam memenangkan peperangannya. 

Masih ada lagi, Ibu Teresa. 
Ia mendekati manusia dengan cinta yang tulus, kata-kata yang tepat, dan rasa sayang yang hangat. 

Berapa ribu manusia yang telah ia tolong? 
Luar biasa, bukan,

 bagaimana semua itu dapat terjadi? 

"Mantra" yang tepat digunakan pada waktu yang tepat niscaya dapat mengubah segalanya.

 Dan, "Mantra" itu lah yang akan kita bicarakan sekarang! 
Berbuat dan Berkata-kata

Pada zaman dahulu kala, ketika manusia hidup di zaman prasejarah dan ketika kehidupan sebagian besar berlangsung di dalam gua gelap tanpa penerangan sedikit pun, manusia harus melakukan banyak hal untuk dapat mengungkapkan pendapatnya kepada masyarakat di dalamnya. 

Mereka marah ketika merasa lapar. 

Mereka beringas kepada lawan jenis guna mendapatkan kepuasan seksual yang mereka inginkan. 

Bahkan, mereka harus saling bunuh untuk mendapatkan pembagian makanan yang dianggap hak milik mereka. Tujuan semua ini adalah memberitahu lawan bicara tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan. 

Tak hanya itu, komunikasi ini dimaksudkan untuk mengubah pemikiran lawan bicara untuk mengikuti apa yang mereka inginkan.
 Namun, sejak ditemukannya kata-kata, manusia dapat mengubah pikiran sesamanya atau bahkan memanipulasi pemikiran lawan tanpa harus melakukan apa-apa selain berbicara. 

Contoh paling sederhana yang sering kali kita gunakan sehari-hari tatkala berbicara dengan teman kita adalah,
 "Lebih baik kamu tidak memakan makanan itu. Rasanya seperti sampah!" atau,
 "Apakah kamu yakin ingin bepergian malam-malam begini dalam keadaan yang rawan dan tidak menentu seperti ini?"

 

 Kata-kata merupakan salah satu cara untuk membuat orang mengubah pikirannya dan mengambil tindakan yang lain. 

Tentu saja, perubahan itu bisa terjadi ketika disertai oleh penekanan dan keyakinan yang benar dalam berkata- kata. 

Dan, hal ini juga membuktikan bahwa kita dapat dengan mudah memanipulasi pikiran orang untuk melakukan apa yang kita kehendaki. 

Dengan demikian, kata-kata dapat kita gunakan sebagai senjata yang paling ampuh di dalam kehidupan kita. Uniknya, kita jarang sekali sadar bahwa dengan menggunakan kata-kata yang tepat kata-kata sudah kita pelajari semenjak kecil kita dapat dengan mudah mengubah berbagai hal yang ada di sekitar kita. Dengan kata- kata kita dapat membuat hal-hal menuruti keinginan kita, atau bahkan, membantu kita untuk membela diri di dalam banyak hal. 

Secara ilmiah, apa yang akan Anda pelajari di sini biasa disebut sebagai Linguistic Deception, yang berarti seni berbicara untuk memengaruhi pikiran orang.

 Di dalam keseharian hidup, pernahkah Anda mengalami sesuatu hal di mana Anda ingin membuat orang lain mendengarkan Anda, menghargai pembicaraan atau ide Anda, membeli barang yang ingin Anda jual, membantu Anda dalam masalah, atau mungkin membuat mereka mau mengikuti perintah Anda tanpa harus melawannya, atau apa pun keinginan Anda tanpa Anda harus memaksa mereka secara langsung? 

Semua itu bisa dilakukan bila pendekatan yang dilakukan tepat dan jernih serta menggunakan kata- kata yang memang tepat dengan tema dan keadaannya.

Dunia Pikiran Manusia

Manusia dilahirkan dengan suatu anugerah yang amat luar biasa, yang membedakannya dari hewan ataupun jenis ciptaan Tuhan yang lain.

 Manusia dikaruniai pikiran yang jelas dan jauh lebih baik dibandingkan makhluk lainnya. Oleh karena itu, cara berpikir manusia pun dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori nyata. 

Dan, dengan mempelajarinya, kita sedikit banyak dapat mengetahui cara dan jalan berpikir lawan bicara kita. Bila kita melihat sedikit lebih jauh, pada dasarnya jalan berpikir manusia dapat dibagi menjadi:

•Unconscious / alam tidak sadar
•Subconscious / alam bawah sadar
•Conscious / alam sadar.

Begitu luasnya wilayah pikiran manusia ini sehingga salah seorang pakar psikologi dunia, Sigmund Freud, mengumpamakan manusia sebagai gunung es yang berada di tengah lautan. 

Gunung es yang terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan bagian yang sebenarnya. Bagian yang paling besar tersembunyi dari pandangan mata dan hanya dapat dilihat apabila manusia menelusuri kedalamannya. 

Secara umum, hal ini lah yang terjadi pada manusia. Apa yang Anda lihat pada diri orang lain hanyalah sebagian kecil pribadinya yang mencuat ke permukaan. 

Sementara itu, apa yang ada di dalam diri orang itu hanya bisa kita ketahui apabila kita dapat menelusuri jiwanya ke bagian yang paling dalam. 

Di sini kita tidak akan membicarakan hal tersebut. 
Namun, sangatlah baik apabila Anda dapat mengetahui cara kerja pikiran dan jiwa manusia sebelum kita masuk ke dalam seni yang sebenarnya. 

Seperti yang kita bahas tadi, di mana manusia mempunyai tiga wilayah pemikiran, tujuan dari mempelajari seni linguistik adalah bagian subconscious atau alam bawah sadar manusia. 

Mengapa wilayah ini yang kita pelajari? 
Itu karena, di wilayah ini manusia dapat dengan mudah dipengaruhi jalan berpikirnya tanpa ia sendiri sadari. Dengan kata lain, orang yang bersangkutan tidak akan merasakan bilamana jalan berpikirnya telah kita manipulasi. 

Dan, jalan termudah untuk melakukan hal tersebut adalah melalui penyampaian linguistik terhadap objek yang kita tuju.

Contoh yang paling sederhana adalah cara kerja iklan di televisi. Yang dituju di sana adalah subconscious mind dari cara berpikir manusia. 

Pernahkah Anda melihat iklan produk sabun, misalnya? 
Dalam iklan tersebut, mereka tidak dengan jelas maupun langsung mengatakan pada Anda untuk memilih dan membeli produknya (conscious way). 

Namun, yang mereka lakukan adalah pendekatan bawah sadar antara iklan tersebut dengan cara berpikir Anda. 
Yang iklan berikan adalah dorongan bawah sadar. 

Iklan menyatakan bahwa produk yang ditawarkan adalah produk yang sangat baik dan cocok untuk Anda gunakan, tanpa memaksa Anda untuk menggunakannya. 

Dengan begitu, secara tidak sadar Anda akan memasukkan memori tentang produk tersebut ke dalam pikiran Anda. Dan, memori tersebut yang tersimpan di dalam alam bawah sadar manusia
 akan sewaktu- waktu keluar ke permukaan, yaitu ke alam sadar. 

Hal ini terjadi ketika ada stimulus atau rangsangan yang datang ke alam sadar Anda. 
Misalnya, ketika Anda pulang ke rumah dan melihat bahwa celana Anda terkena lumpur. 
Maka, alam bawah sadar Anda yang menyimpan memori tentang iklan suatu produk sabun cuci akan muncul ke permukaan dan masuk ke dalam pikiran sadar Anda. Begitu lah cara kerjanya!

Berikut adalah diagram cara kerja pikiran:

Unconscious information [Informasi yang tak disadari]
Unconscious mind [Pikiran tak sadar]
Unconscious longterm memory   [Ingatan jangka panjang yang tak disadari]
Conscious stimulus [Rangsangan sadar]
Unconscious memory [Ingatan yang tak disadari]
Conscious mind [Pikiran sadar]
Conscious action  [Tindakan sadar]

Dengan penjelasan di atas jelas sekali bahwa dalam usaha memanipulasi pikiran manusia, cara yang paling baik adalah dengan "menyerang" pikiran tak sadarnya. 

Itu karena, secara tidak sadar stimulus ataupun rangsangan yang kita berikan masuk ke dalam pikiran tak sadar seseorang. 

Dan, hal ini akan membawa orang itu ke dalam sebuah tindakan nyata. Oleh karena itu, dengan penyampaian yang tepat kepada pikiran tak sadar seseorang, kita akan akan mendapatkan hasil yang berkelanjutan dari pemikiran yang kita masukkan ke dalam dirinya. Dan, itu yang akan kita pelajari di dalam MANTRA.


Act and Believe (Tindakan dan Kepercayaan)

Sebelum kita masuk lebih jauh ke dalam penjelasan Linguistic Deception, kita akan menilik lebih dahulu dua hal yang dapat diubah dan harus diubah di dalam pemikiran manusia. 

Hal ini penting agar pikiran manusia itu dapat dimanipulasi untuk menerima saran, masukan, atau melakukan segala sesuatu yang kita inginkan.
Kedua hal itu adalah:

(1) Sikap atau tindakan
(2) Kepercayaan.

Sikap atau tindakan. 

Setiap manusia mempunyai sikap atau tindakan yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui oleh orang lain. 

Hal ini lah yang harus kita ubah agar sikap dan tindakan orang tersebut dapat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kepercayaan. 

Di dalam hidupnya, manusia mempunyai sesuatu yang sangat hakiki mengenai konsep pemikiran ataupun kehidupan, yaitu hal yang ia perjuangkan, perdebatkan, setujui, atau pertentangkan. 

Sesuatu itu kita sebut sebagai kepercayaan. 

Ketika manusia masuk ke dalam zona kepercayaan, banyak hal yang melampaui logika akhirnya dapat ia percayai.
 Contohnya adalah agama. 

Betapa banyak kekerasan, pembunuhan, peperangan, dan korban yang berjatuhan hanya karena perdebatan mengenai sebuah kepercayaan. 

Akan tetapi, kita tidak akan membahas agama di sini. Kalau Anda ingin berbicara tentang agama, mungkin Anda harus mengambil buku tebal yang Anda letakkan di lemari Anda dan yang tidak pernah Anda buka selama bertahun- tahun.

 Sebaliknya, kita akan mengambil sebuah contoh yang begitu sederhana tetapi dapat membuat Anda memahami betapa pentingnya kepercayaan seseorang. Saya yakin tentu Anda mempunyai orangtua, entahkah mereka masih hidup atau tidak. 

Tapi, pertanyaan yang hendak saya ajukan di sini adalah apakah Anda tahu siapa orangtua Anda? 

Ketika Anda membaca ini mungkin Anda akan berkomentar bahwa saya aneh. 
Jelas Anda tahu siapa orangtua Anda. 

Akan tetapi, saya akan bertanya lagi, "Apakah Anda yakin bahwa Anda tahu siapa orangtua Anda?"

 Lalu, Anda akan berkata lagi bahwa Anda yakin.

 Tetapi, cobalah pikirkan hal ini. Anda tahu orangtua Anda, atau Anda percaya bahwa mereka adalah orangtua Anda? 

Ini penting karena tahu dan percaya adalah dua hal yang sangat berbeda. 
Tahu adalah sesuatu yang didukung oleh logika, sementara percaya mengesampingkan logika. 

Anda mengatakan bahwa Anda mengetahui orangtua Anda. 

Namun menurut saya, dari seluruh orang di dunia ini, yang betul-betul mengetahui siapa orangtuanya mungkin hanya 20% . Selebihnya hanya percaya kalau orangtua yang mereka lihat adalah orangtua mereka, tanpa pernah mengetahui orangtua yang sebenarnya. 

Mengapa saya mengatakan hal ini? 

Itu karena, saya berpikir secara logis. 

Cobalah pikirkan hal berikut ini. 
Ketika Anda mengatakan bahwa Anda mengetahui orangtua Anda, di mana logikanya? 
Ingat, logika adalah sesuatu yang didasarkan oleh bukti, bukan tesis belaka.

 Nah, sekarang, apa buktinya bahwa mereka adalah orangtua Anda? 
Apakah Anda mempunyai foto sewaktu kecil ketika Anda baru dibawa keluar dari rumah sakit? 
Bisa saja itu foto hasil rekayasa. 

Mungkjin Anda adalah anak hasil adopsi yang memang diambil dari rumah sakit tersebut. 
Dan, hal itu dirahasiakan oleh kedua orangtua Anda hingga sekarang. 

Kalau begitu, dapatkah Anda membuktikan bahwa orangtua Anda saat ini adalah orangtua Anda? Pernahkah Anda mencocokkan DNA Anda dengan kedua orangtua Anda? 

Kalau pernah dan hasilnya sama, mungkin saya baru percaya. 
Tapi, itu pun saya baru percaya 75% karena mungkin saja terjadi kesalahan pada saat pengecekan.

Apakah Anda pernah memusingkan hal ini?
 Saya rasa jawabannya adalah tidak karena Anda sesungguhnya sudah masuk pada zona kepercayaan.

 Di dalam zona ini Anda tidak mau lagi ambil pusing apakah hal itu masuk akal atau tidak. 
Yang penting bagi Anda adalah Anda percaya, terserah orang mau berbicara apa. 

Persoalan ini tidak akan memengaruhi Anda karena Anda sudah percaya. 
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan manusia akan suatu hal akan mengubah jalan pikiran orang tersebut. 

Bila Anda percaya angka 13 sebagai angka sial, Anda akan selalu menghindari angka tersebut. Bila Anda percaya bahwa angka 8 akan membawa rejeki, Anda akan selalu mencari segala sesuatu yang mencantumkan angka tersebut. 

Dan, sangat disayangkan sekali bahwa kepercayaan seseorang biasanya membuat ia memperjuangkan segala sesuatu tanpa mengindahkan risikonya. 

Sekali lagi, hal ini membuktikan bahwa kepercayaan seseorang mengubah tingkah lakunya secara bawah sadar. 

Oleh karena itu, kalau kita dapat mengubah kepercayaan objek yang kita tuju, kita dapat mengubah tingkah lakunya. 

Atau dengan kata lain, kita memasuki konsep stimulus yang merangsang pikiran bawah sadar atau subconscious mind, mengubah pikiran sadar atau conscious mind, dan akhirnya menghasilkan tindakan sadar atau conscious action. 

Tetapi, jelaslah bahwa mengubah kepercayaan seseorang bukan sesuatu hal yang mudah, meski bukan berarti mustahil. 

Dan, hal itu bisa kita pelajari di dalam Linguistic Deception ini. 

Yang pertama kali harus kita pelajari dalam Linguistic Deception ini tidak lain adalah cara bicara yang tepat dalam memberi masukan atau pendapat kepada lawan bicara kita.

 Percaya atau tidak, ada begitu banyak prinsip psikologi di dalam seni  berbicara yang dapat digunakan untuk memasukkan pendapat ke dalam pikiran orang lain. 

Walaupun begitu, tidak semua teori tersebut dapat digunakan secara mutlak sesuai aturan mainnya.
 Masih terdapat banyak faktor lain yang memengaruhi yang harus dipadukan agar menghasilkan suatu bentuk yang sempurna. 
Tetap saja, hal ini merupakan faktor terpenting yang menurut saya dapat berdiri sendiri di dalam seni tersebut. 

Mari kita bahas satu per satu.


1. Two Sides Triangle (Segitiga bersisi dua)

 Kalau Anda pernah mendengar lagu Phil Collins yang berjudul Both Sides Story, Anda akan tahu bahwa segala sesuatu selalu mempunyai dua sisi: Sisi subjek dan sisi objek.  

Sisi-sisi tersebut menciptakan berbagai cerita sebagai hasil sudut pandang yang berbeda, dan biasanya sisi yang satu berusaha merendahkan sisi yang satunya. 
Oleh karena itu, ketika kita ingin memasukkan suatu paham, pemikiran, ataupun "pemaksaan" secara tidak langsung kepada orang lain, terlebih dahulu kita harus mengetahui apakah objek atau lawan bicara kita itu sudah memiliki informasi dari sudut pandang yang lain, terkait hal- hal yang akan kita sampaikan.

 Kalau mereka sudah memiliki informasi itu, kita harus menggunakan konsep dua sisi, yaitu menunjukkan sisi yang salah dan alasan mengapa sisi tersebut dikatakan salah. 

Hal ini perlu dilakukan karena objek/ lawan bicara kita sudah mengetahui informasi lain tentang hal yang ingin kita sampaikan. 
Jadi, kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa sejak dulu kita sudah mengetahui informasi yang jatuh kepadanya itu. Karena, kalau tidak demikian, mereka tidak akan percaya dan timbullah rasa curiga. Berikut adalah contoh praktisnya. Ada orang ingin membeli sepatu di dua tempat yang berbeda. Kebetulan salah satu toko sepatu tersebut adalah milik Anda. Maka, Anda harus mengetahui apakah lawan bicara Anda mempunyai pilihan sepatu di tempat lain. Kalau benar demikian, kita harus memasukkan sudut pandang tentang sepatu yang lain itu. Misalnya, sepatu itu memang bagus jika dibandingkan dengan sepatu yang Anda jual. 

Tetapi, apa betul harga yang ditawarkan masuk akal untuk sepasang sepatu? Saya rasa orang seperti Anda bisa memanfaatkan permainan logika dalam memilih sesuatu. 

Di sini kita memberikan informasi dari dua sisi tentang sepatu yang kita jual dan sepatu yang orang lain jual. Dan juga, di sini kita menggunakan kelemahan kita sebagai kekuatan (sepatu yang kita tawarkan tidak sebaik yang dilihat calon pembeli di toko lain, tetapi harganya lebih masuk akal). 

Kelemahan sebagai kekuatan akan kita bahas di dalam bab berikutnya. Mari kita simak contoh lain di dalam kehidupan manusia. 
Belakangan ini kita banyak kali mendengar terjadinya perselingkuhan dalam hubungan percintaan.

 Mengapa hal itu bisa terjadi?

 Itu karena si objek secara tidak sadar diberi pesan dua sisi dari si subjek dan ia menerimanya begitu saja. Misalnya saja, Anda sebagai seorang pria tertarik pada wanita yang sudah memiliki kekasih, atau sebaliknya. Anda mengetahui berbagai kekurangan sebenarnya ada pada diri sang kekasih. 

Tak hanya itu, Anda pun mengetahui bahwa objek Anda secara tidak langsung juga sudah mengetahui kekurangan yang pada diri kekasihnya. 

Maka, keadaan ini menunjukkan bahwa si objek sudah sadar akan informasi dua sisi tersebut. Dengan demikian, untuk memengaruhinya Anda harus menggunakan metode dua sisi tersebut. (Tunjukkan sisi yang salah dan jelaskan alasan mengapa hal itu salah.) 

Beritahulah si objek bahwa Anda paham benar keadaan ataupun informasi dari sisi pesaing Anda. Lalu, gunakan kelemahannya dan lemahkan kelebihannya. 

Cari kelemahannya satu per satu dan katakan lewat perbandingan. 
Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Saya sudah tahu kalau kamu mempunyai kekasih yang kamu sayang. Tapi, saya dengar ia sudah jarang memerhatikan kamu dan lebih sibuk dengan segala kegiatannya, yang katanya demi meniti kariernya semata. Saya yakin hal itu juga akan mengganggu kamu sebagai pasangannya. Bukankah arti kekasih adalah orang yang menyediakan waktu untuk pasangannya?

Dengan begini kita secara tidak langsung memberitahunya bahwa kita juga mengetahui informasi dari sisi lain dan bahwa kita sungguh menaruh perhatian yang cukup dalam mengenai hal itu. 

Percaya atau tidak, hal ini yang selalu membuat orang berselingkuh! 
Itu karena adanya perbandingan dari dua sisi yang berbeda. (Tapi menurut saya, hal di atas bukan untuk diteladani oleh Anda! Hal ini sekadar contoh yang saya berikan karena fenomenanya sangat mudah Anda amati di dalam masyarakat saat ini. Jadi, bukan untuk ditiru!)


2. One Side Triangle (Segitiga satu sisi)

 Namun, apabila lawan bicara Anda sama sekali tidak mengetahui informasi dari sisi yang berbeda/sisi yang lain, sebaiknya Anda tidak menggunakan pesan dua arah. 

Sebaliknya, gunakan saja pesan satu arah dan "paksakan" pemikiran Anda tanpa memberikan perbandingan apa pun. 

Andaikan kita mengulang contoh toko sepatu tadi. Apabila kita yakin bahwa si pembeli belum melihat atau mendapatkan informasi apa pun tentang sepatu yang lebih baik di toko lain, Anda tidak perlu membuat perbandingan sama sekali. 

Anda tidak perlu mengatakan hal-hal seperti 'Anda tahu sepatu di toko sebelah? 
Harganya mahal sekali.

" Hal ini sungguh tidak perlu dikatakan karena dengan mengatakannya Anda secara tidak langsung memberi informasi kepada lawan bicara Anda bahwa ada sesuatu yang menarik perhatian Anda.

 Secara tidak langsung, informasi Anda itu akan menjadi perhatian lawan bicara Anda. Meskipun Anda berusaha memberikan informasi negatif tentang sepatu di toko sebelah, hal ini tetaplah salah, terlepas dari informasi apa pun yang Anda berikan. 

Kata- kata Anda ini akan membuat lawan bicara Anda menjadi sadar mengenai keberadaan sesuatu yang lain, yang mungkin harus diperhatikan juga. 

Bayangkan saja, orang yang tadinya hendak membeli sepatu di toko Anda, kini mungkin berubah pikiran dan berkata, "Hm... mungkin sepatu di sana memang lebih mahal. Tapi, siapa tahu kualitas sepatunya lebih baik?" 

Ingatlah bahwa informasi atau apa pun itu yang buruk bagi Anda tidak selalu berarti buruk di mata orang lain! Menjelek-jelekkan sesuatu dapat membuat orang lain peduli pada sesuatu itu dan menghasilkan antipati terhadap Anda! (Berhati- hatilah saat berkata-kata!)

 Atau, andaikan Anda sedang mengejar seorang kekasih. 
Lalu, dengan tidak bijaksana Anda membuat perbandingan antara diri Anda dengan orang lain yang sebenarnya tidak pernah ada. Itu sebuah kesalahan besar!

 Jangan pernah mengatakan, "Lebih baik kamu menjadi kekasih saya karena saya sayang kamu. Kamu tidak tahu, bukan, kalau si JONI teman kampusmu itu juga menyukaimu? Tapi, Joni itu tukang bohong, enggak cakep lagi! Mendingan kamu sama saya kan?" 

Kata-kata di atas adalah suatu hal paling bodoh yang pernah dikatakan orang ketika menginginkan sesuatu. 
Mengapa demikian? 

Itu karena, kendati Anda menjelek- jelekkan pihak ketiga, secara tidak sadar Anda juga memberi informasi tentang adanya pihak ketiga. Ini sama halnya dengan contoh kasus toko sepatu tadi. 

Anda membuat lawan bicara Anda "sadar" tentang sesuatu yang selama ini ia sendiri tidak pernah ketahui! 
Ingatlah sekali lagi, memburuk- burukkan sesuatu dapat membuat orang lain sadar dan peduli pada sesuatu itu dan mengundang antipati terhadap Anda. 

Ada sebuah contoh lain yang cukup menarik tentang pemberian informasi yang tidak seharusnya terjadi. Simaklah dengan saksama kisah berikut ini: 

Alkisah ada sebuah keluarga yang baru saja mempunyai seorang pembantu yang datang dari desa terpencil. Pembantu ini belum pernah bekerja di kota sebelumnya sehingga dapat dikatakan masih sangat polos dalam berbagai hal, termasuk membaca. 

Suatu ketika sang Tuan dari pembantu tersebut melihat berita di sebuah surat kabar tentang pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga terhadap majikannya. 

Lalu, dengan serta-merta sang Tuan memanggil pembantu barunya dan menceritakan kejadian keji yang baru saja dibacanya. la mengatakan keburukan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga yang baik. la mengatakan bahwa hal itu sangat keji, penuh dosa, dan biadab. 

Bila kita memerhatikan cerita di atas, secara tidak langsung sang Tuan memberitahu si pembantu bahwa membunuh majikan sangatlah tidak baik dan menakutkan. 
Secara bawah sadar, sang Tuan mendidik pembantunya untuk tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang dibacanya. 

Lalu, bagaimana menurut Anda? 

Baikkah hal itu? 
Mungkin saja Anda berkata itu baik. Namun, sebenarnya itu adalah kesalahan.

 Ingatlah bahwa si pembantu adalah seorang yang baru tiba dari desa, polos, dan bahkan tidak dapat membaca. 

Dan, menurut saya, pemberian informasi baru dari sang Tuan itu tidak diperlukan karena pengetahuan itu bersifat negatif. Mungkin saja tujuan dari pemberian informasi tersebut baik. 

Akan tetapi, akhirnya si pembantu yang tadinya tidak memiliki konsep tentang pembantu yang mampu membunuh majikannya, kini mendapatkan konsep baru. 

Si pembantu menjadi sadar bahwa hal semacam itu ada, pernah dilakukan, dan mungkin bisa dilakukan. 

Contoh berikutnya adalah tentang ketakutan sebagian orang kepada hantu. 
Mengapa Anda takut kepada hantu? 
Itu karena konsep hantu ada pada diri Anda. Semenjak kecil Anda diberitahu bahwa hantu itu menyeramkan, menakutkan, dan sangat berbahaya bagi kita, manusia. Bukan begitu?

 Bayangkan bila kita tidak pernah mengajarkan tentang apa itu hantu kepada anak kita. 

Kira- kira apakah suatu saat nanti, ketika ia sudah besar, ia akan takut pada hantu? 

Saya pikir tidak! Bagaimana mungkin seseorang bisa merasa takut akan sesuatu hal bila ia sendiri tidak memiliki konsep tentang hal itu. Apakah Anda setuju dengan saya? 

Oleh karena itu, kita harus sangat berhati-hati dalam memberikan informasi kepada seseorang
Bila dirasa tidak perlu, jangan berikan! Itu sama saja Anda memberitahu maling di mana Anda menyimpan uang. 
Tidak bijaksana, bukan?

3. Induksi dan Deduksi Bawah Sadar

 Dalam Linguistic Deception, kita juga dapat belajar memengaruhi orang lain dengan memberi masukan bawah sadar. 

Masukan itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu induksi dan deduksi. Deduksi Dalam pendekatan deduksi, kita akan memberitahu lawan bicara kita tentang apa yang kita inginkan dari mereka secara langsung 

Mengarahkan, meminta, atau memaksa secara langsung sebelum memberikan penjelasan kepada lawan bicara kita. Pendekatan ini bisa saya sederhanakan sebagai: Meminta/ memerintah baru memberi alasan mengapa mereka harus melakukan hal itu.

Perhatikan contoh berikut:
 

Perintah: "Anda harus membeli telepon genggam merek Hitachi karena...."
Alasan: "Telepon genggam merek itu mempunyai fungsi yang luar biasa dan desainnya sangat futuristik, sesuai sekali untuk kalangan muda seperti Anda!" Atau,
 

Permintaan: "Dapatkah saya menjadi kekasihmu?"
Alasan: "Karena, sejak dulu saya telah memer- hatikan dan menyayangimu...."

 Jadi, di sini Anda dapat melihat bahwa kita mengajukan permintaan atau perintah terlebih dahulu, sebelum kita memberikan alasan pada lawan bicara kita.

 Sementara itu, induksi bekerja sebaliknya.
 Dalam pendekatan ini, kita memberikan alasan lebih dulu sebelum meminta sesuatu dari lawan bicara kita. Dalam beberapa hal, pendekatan deduksi jauh lebih efektif dibandingkan induksi. 
Itu karena kita memberikan inti persoalan terlebih dahulu sebelum memberikan penjelasan. 

Dengan demikian, lawan bicara kita dapat dengan mudah dan jelas menangkap maksud dan keinginan kita secara gamblang. 

Sementara itu, dalam pendekatan induksi, lawan bicara kita tidak tahu apa yang kita inginkan sampai akhir pembicaraan tiba. 
Dalam pendekatan ini, lawan bicara kita dimungkinkan salah paham akan maksud atau keinginan kita. 

Mari kita simak contoh pendekatan induksi di bahwa ini:
 

Alasan: "Saya menyayangimu, menyukaimu. Dan, dari dulu saya sudah tertarik padamu. Bolehkah saya menjadi kekasihmu?"
 

Alasan: "Telepon genggam merek Hitachi itu bagus sekali. Fungsinya, penampilannya, dan bahkan harganya pun sangat terjangkau. Lebih baik Anda membeli telepon itu daripada mereka yang lain!"

Namun, seperti seni-seni lainnya, cara ini begitu fleksibelnya sehingga Anda harus mampu melihat lawan bicara Anda sebelum dapat memilih metode pendekatan mana yang tepat untuk digunakan. 

Misalnya, andaikan lawan bicara kita bersifat agak menantang atau kurang percaya pada hal yang akan kita tunjukkan. Maka, dalam hal ini pendekatan induksi akan jauh lebih berguna. Setidaknya dalam pendekatan ini mereka dapat mendengar argumen kita sebelum masuk pada intinya dan kita dapat dengan mudah membangun kepercayaan pada diri lawan bicara kita. 
Percaya atau tidak, biasanya anak-anak sangatlah pandai menggunakan hal ini tanpa disadari oleh orangtua mereka.
 

Mari kita simak contoh berikut ini:
 Deduksi Permintaan: Ma, saya ingin punya sepeda! Orangtua mungkin terkejut. Dan, sebelum si anak sempat menerangkan apa-apa, orangtua mungkin langsung menolak permitaan itu.
Alasan: "Ah, untuk apa beli sepeda? Kamu belum memerlukannya. Kan, masih banyak yang harus dibeli. Lebih baik beli buku saja."


 Hal ini terjadi karena si anak secara tidak sengaja bersifat menantang terhadap ada orangtuanya.
 

 Induksi Alasan: "Ma, Andi setiap pulang sekolah selalu jalan kaki. Andi lelah sekali...."
 Permintaan: "Boleh tidak Andi minta dibelikan sepeda supaya Andi bisa lebih cepat pulang dan tidak kelelahan? Boleh, ya, Ma?"

 Di sini lawan bicara mendengarkan penjelasan terlebih dahulu yang dibuat sedemikian rupa agar ia memercayai poin akhir pembicaraan.

 Dengan demikian, lawan bicara kita tidak mampu langsung menolak. 
Dari contoh di atas terlihat jelas bahwa pendekatan induksi sangat baik untuk membujuk secara bawah sadar.
 Sementara itu, pendekatan deduksi baik digunakan untuk menunjukkan wibawa sang pembicara. Misalnya, pada saat pidato, seminar, dan sebagainya. 
Akan tetapi, tetaplah perhatikan baik- baik sikap lawan bicara kita terlebih dahulu.

4. Keuntungan yang Datang

Setelah Kegunaan Dalam berjualan, biasanya ada rumusan yang sangat hakiki di dalamnya, yaitu memberitahukan keuntungan dari barang yang akan dijual alih-alih kegunaan sebenarnya. 

Itu karena, biasanya calon pembeli/lawan bicara secara psikologis memang tidak ingin mengetahui apa yang menjadikan suatu barang berguna dan lebih ingin tahu keuntungannya. 

Untuk memperjelas maksud saya, mari kita bedakan antara kegunaan dan keuntungan lewat contoh di bawah ini:

 Contoh 1. 
Minuman ini mengandung serat yang sangat tinggi dan juga vitamin yang sangat berguna bagi pelarutan lemak di dalam tubuh sehingga berguna untuk mengangkat lemak yang tertinggal di dalam tubuh manusia ketika mengkonsumsi makanan secara berlebihan.{Kegunaan).
 

Minuman ini akan membuat Anda ramping bagaikan model.(Keuntungan)

Contoh 2. 
Mobil yang Anda lihat ini memiliki kelebihan yang sangat luar biasa. Mobil ini dilengkapi teknologi turbo dari Jepang yang akan menambah daya laju mobil sehingga tidak terkalahkan. {Kegunaan).

Mobil ini bisa dipacu sangat cepat sehingga Anda bisa berkejar-kejaran dengan polisi dan mereka pasti ketinggalan. {Keuntungan).

 Contoh 3. 

Bacalah buku ini karena buku ini mempunyai banyak hal yang tidak diketahui oleh orang awam. Di dalamnya terdapat pendidikan tentang pengembangan diri dan intelektual yang berguna untuk mengembangkan identitas diri Anda. {Kegunaan}.

 Dengan membaca buku ini, Anda akan menjadi orang yang sukses di segala bidang. (Keuntungan).



 Setelah Anda melihat contoh- contoh di atas, tampak jelas bahwa di satu sisi pembicara mencoba menunjukkan kegunaan dari hal yang diyakininya sangat menarik. 


Di sisi lain pembicara menunjukkan keuntungan yang akan didapat lawan bicaranya dari hal yang sedang dibicarakan. 

Secara psikologis, pendengar akan lebih tertarik pada segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya secara langsung. Itu karena adanya faktor sentuhan pribadi atau personal touch. 

Ingatlah bahwa orang secara bawah sadar maupun sadar lebih menyukai keuntungan apa yang bisa ia peroleh dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk menyimak kegunaan sesuatu hal.

 5. Pilihan yang Melarang:

Pilihan... larangan.... 

Terkadang ketika berbicara kita ingin mengubah pendapat orang atau memberi masukan pada orang lain tentang pikiran kita. 

Dan, yang paling sering kita lakukan secara tidak sadar adalah memberi larangan pada orang tersebut, bila hal yang ia inginkan tidak sesuai dengan kemauan kita. 

Apakah Anda berpikir pemberian larangan akan efektif ? 
 
Ya, tentu tidak. Coba kita gunakan logika kita. 
Tatkala Anda memberi larangan, itu berarti Anda melarang subjek tersebut untuk melakukan sesuatu yang diingininya. 

Dan bila ia dilarang, subjek itu akan kehilangan sebuah momen yang begitu diingininya. Lalu, apa yang harus ia lakukan? 

Di situ lah letak kesalahan kita. 

Kita tidak memberikan pilihan sebagai pengganti momen tersebut! 
Misalnya, Anda tidak suka melihat pacar Anda merokok. Maka, Anda langsung berkata padanya, "Hei, jangan merokok lagi! Saya tidak suka dan itu buruk bagi kesehatan kita!" 

Bagi Anda yang memang belum pernah merasakan nikmatnya rokok, memang mudah sekali mengatakan hal demikian. 

Tapi, tahukah apa yang dirasakan orang ketika mereka berhenti merokok? 
Mulut mereka akan terasa sangat pahit sekali. 

Sebaliknya, kita mungkin dapat menawarkan pilihan kepada subjek tersebut sebagai pengganti aktivitas merokok. 

Misalnya dengan berkata, "Daripada kamu merusak kesehatanmu dengan merokok, bukankah lebih baik kalau kamu mengunyah permen karet saja?" Atau, 
"Daripada kebut-kebutan di jalan, bukankah lebih baik kamu mendaftarkan diri untuk ikut reli mobil secara teratur?"
 


Meski demikian, ternyata menawarkan pilihan pada subjek tidak selamanya berjalan mulus seperti yang kita harapkan. 

Untuk kasus ini, saya menganjurkan Anda untuk menggunakan teknik lain yang mungkin akan lebih efektif. Teknik ini adalah pemberian "Pilihan negatif bagi masa depan pihak yang dikasihi". 

Jangan sampai Anda dibingungkan oleh judulnya. 
Maksudnya adalah demikian: Banyak orang di dunia ini yang secara sengaja merusak diri sendiri tanpa memikirkan masa depannya.

 Orang tahu bahwa mabuk-mabukan tidak berguna bagi masa depannya, bahwa itu hanyalah kenikmatan sesaat. Para perokok juga begitu, apalagi orang yang menyalahgunakan obat-obatan. 
Namun, apakah mereka peduli? 

Saya pikir tidak. Kenikmatan sesaat itu secara tidak langsung menutupi pandangan orang tentang masa depannya. 

Dengan demikian, adalah mungkin bagi mereka untuk mengacuhkan masa depannya. 

Berikut adalah sebuah contoh yang menarik: 

Ada seorang pria mapan yang sudah berkeluarga dan mempunyai seorang istri yang cantik.

 Mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan yang telah berusia 14 tahun bernama Mala

Pria itu adalah seorang perokok berat dan istrinya setiap hari mengeluhkan hal itu.

 Dokter telah mengatakan bahaya merokok bagi kesehatannya, namun sang ayah hanya diam dan terus merokok. 
la tampak tak peduli dengan kesehatannya. Pilihan demi pilihan dilontarkan sang istri kepada suaminya. Bahkan, sang istri sempat berkata hendak meninggalkannya bila ia tetap merokok. 

Rupanya kali ini ancaman itu berhasil. 
Sang suami berhenti merokok di depan istrinya, namun tetap menjadi perokok superaktif di belakangnya. Sampai suatu saat sang istri merasa lelah memperingatkan, lalu membiarkannya. 

Bagaimanapun, suatu malam, ketika pria itu sedang menonton televisi dan terbatuk-batuk sambil mengisap rokok, anaknya yang masih berumur 14 tahun itu keluar dari kamarnya. 

Si anak menangis keras, merebut rokok ayahnya, dan berkata, '’Papa, tolong berhenti membunuh diri Papa sendiri! Mala ingin Papa ada di sana ketika Mala sudah besar dan hendak menikah. Mala ingin Papa ada untuk anak-anak Mala nanti. Mala tidak mau kehilangan Papa begitu cepat." 

Sejak hari itu pria tersebut berhenti merokok. Sebenarnya, apa yang telah terjadi di sini? 

Mengapa perkataan dokter tentang kesehatannya dan istri yang mengancam akan meninggalkannya tidak berhasil mengubah pria dalam contoh di atas? 

Namun ternyata, si Mala kecil dapat mengubahnya? 

Itu karena Mala memberikan pilihan yang tidak mengancam subjek dan tidak mendesak.
 Mala justru memberikan pilihan yang pahit kepada dirinya sendiri, yaitu kesedihan dan rasa tidak ingin kehilangan ayahnya. 

Ucapan Mala membuat sang ayah memerhatikan pilihan negatif yang ia berikan kepada masa depan orang yang ia cintai, yaitu Mala sendiri. Renungkan dan coba pikirkan bagaimana hal seperti ini dapat mengubah banyak aspek di dalam kehidupan kita.

6. Ancaman Pihak Ketiga

 Setelah merenungkan hal di atas, barulah hal berikut ini menjadi lebih menarik bagi Anda. Pernahkah Anda mendengar cerita, membaca buku, atau bahkan menonton sebuah film tentang mafia? Nah, ini lah salah satunya. 

Mari kita simak bersama. Seorang polisi tertangkap di dalam suatu perkumpulan mafia. 

Ia lalu diminta untuk mengakui sesuatu yang sangat penting. 

Di sana ada seorang tukang pukul yang badannya mungkin tiga kali lebih besar dari badan si polisi, dan mengancam dengan berkata seperti ini, "Ayo, mengaku! Kalau tidak saya pukul kamu habis- habisan!"  

Akankah polisi itu mengaku? Ya, memang itu tergantung filmnya, tapi biasanya tidak. 

Lalu, kita anggap saja si tukang pukul melanjutkan ancamannya, "Kalau tidak mengaku, saya setrum kamu, saya potong jari tanganmu!" 

Dan, orang itu tetap bersikukuh tidak mau mengaku. 
Si tukang pukul terus mengancam, "Ayo, mengaku atau saya ikat kamu di tempat gelap dan saya paksa kamu nonton film India selama 6 jam!" (Mungkin sekarang si polisi baru mau mengaku!) 

Namun, seperti kebanyakan film, biasanya si jagoan tetap diam seribu bahasa dan tegar. 

Tapi, bagaimana dengan ancaman ini: "Ayo mengaku atau istri dan anak kamu saya bunuh!" {seperti KGB Rusia, mereka membiarkan incarannya lolos,namun mengincar keluarganya}
 

Biasanya 99% orang akan mengaku. 
Mengapa? 

Hal ini sama seperti contoh kasus sebelumnya, yakni tentang rokok.

 Di sini kita tidak memberikan ancaman pada pihak yang bersangkutan, namun pada pihak ketiga. Bila kita kembali pada contoh rokok tadi, seperti biasa kita tidak bisa mengatakan, "Ayo, jangan merokok karena kamu akan meracuni dirimu sendiri!" 

Acap kali orang sekadar mengangguk-anggukkan kepala karena merasa ia lah yang berhak mengatur hidupnya, bukan orang lain. 

Alih-alih berkata seperti itu, coba katakan, "Apa kamu tidak kasihan pada ibu, istri, dan juga anak-anakmu? Tahukah kamu bila kamu merokok, mereka selalu terkena asapnya. 

Dan, ini akan membuat mereka menjadi perokok pasif dan bisa sangat berbahaya bagi mereka? Ayo, kasihani mereka! Pikirkan masa depan mereka yang masih panjang. 

Demi mereka berhentilah merokok." Gunakan juga hal serupa di dalam hal-hal lain, seperti kebiasaan berjudi, mabuk, dan sebagainya.

7. Informasi Baru

Misalkan Anda sedang berjualan atau menawarkan sesuatu. Anggaplah Anda adalah seorang penjual sabun. Apabila Anda berkata bahwa sabun itu dapat membersihkan tubuh dan membuatnya wangi, dan sebagainya... maka yang Anda berikan adalah informasi lama yang kurang menarik perhatian orang yang dituju. 

Itu karena yang Anda berikan adalah informasi usang yang sudah diketahui oleh orang tersebut. Dan, semakin tidak menarik karena tidak mengandung informasi baru. 

Tapi, kalau saja kita mengatakan bahwa sabun ini juga bisa dimakan Jelas, hal ini akan menarik perhatian orang karena itu adalah informasi baru yang belum pernah ia dengar sebelumnya. (Lagipula bukankah memang semua sabun itu dapat dimakan? 

Walaupun harus bertaruh nyawa!) Poinnya di sini adalah informasi baru akan selalu tampak lebih menarik. Cobalah pikirkan hal ini dalam konteks kehidupan Anda sehari-hari. 

Masukkan berbagai informasi baru yang bisa membuat diri Anda menjadi pusat perhatian! Dan, tahukah Anda bahwa gas elpiji itu sebenarnya tidak berbau? 

Mungkin, Anda akan menyangkalnya karena Anda yakin kalau tabung gas elpiji bocor maka akan timbul bau. 

Betul! Akan tetapi, sebenarnya gas elpiji memang tidak berbau
Hanya saja, di dalam proses pengemasannya, gas itu diberi aroma khusus (Ethyl Mercaptan}. 

Hal ini dimaksudkan agar gas menghasilkan bau yang unik dan mudah dikenali manakala tabungnya bocor! Menarik, bukan? 

Mungkin, karena ini adalah informasi baru bagi Anda! 

Sekali lagi, jangan lupa. 
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, berhati-hatilah dalam memberikan informasi baru. 

Jikalau informasi baru itu cenderung bersifat negatif. akan lebih baik bagi Anda untuk tidak menyebarkannya agar tidak terbentuk konsep yang tidak perlu.

8. Perumpamaan

Pernahkah Anda mencoba menyampaikan sesuatu kepada orang lain, namun tidak berhasil?

 Memang, di dalam percakapan perkataan secara langsung dan terus-terang dapat membuat segala sesuatu menjadi tidak efektif. 

Bahkan, kadang malah tidak berguna bagi kedua belah pihak. 

Di dalam hidupnya manusia selalu menggunakan perumpamaan dalam berbicara.
 Bayangkan saja ketika kita masih kecil. Seberapa banyak dongeng yang dituturkan kepada kita agar kita memahami hal-hal baik yang sebenarnya dapat disampaikan secara langsung? Pernahkah Anda mendengar kisah Malin Kundang? Untuk apa kiranya cerita tersebut dibuat? Tidak lain hanya untuk mengatakan bahwa sebagai anak sebaiknya kita menurut dan tidak kurang ajar pada orangtua. Hanya itu saja intinya. Dan, itu disampaikan lewat perumpamaan yang berbelit- belit. Anehnya, anak-anak lebih menangkap pesan yang disampaikan lewat cerita, bukan? Hal ini membuktikan bahwa manusia lebih dapat menerima hal-hal yang bersifat perumpamaan di dalam hidupnya. Dan, hal ini dapat kita gunakan sebagai senjata dalam seni berbicara. Cobalah cari sebuah perumpamaan yang tepat, lalu sampaikan melaluinya. Berikut adalah contoh kasus yang saya alami sendiri:
Pernah satu ketika saya ditawari obat terlarang oleh kawan saya. Di sini saya dihadapkan pada hal yang sangat sulit. Di satu sisi saya tahu bahwa hal itu tidak baik, namun di sisi lain ia adalah kawan lama saya yang memang sudah terbiasa dengan obat- obatan. Artinya, saya sedang menghadapi orang yang jelas-jelas sulit diberi pengertian. Mungkin, saya dapat menjelaskan padanya bahwa obat-obatan semacam itu akan berakibat buruk baginya dan bahwa saya tidak akan menggunakannya. Namun, apa hasilnya? Ada kemungkinan saya akan membuang-buang waktu seharian penuh dengan orang itu tanpa hasil apapun. Ingatlah hal yang sudah kita bahas di atas: Informasi itu sudah usang... bukan informasi baru! . Saya mungkin saja menolak obat-obatan tersebut sambil marah. Tapi, itu pun tidak akan membuahkan hasil. Oleh karena itu, saya menggunakan sebuah metode yang saya sebut "The Confusing Double Questions" atau Pertanyaan Ganda yang Membingungkan. Maka, saya berkata padanya, "Ah, saya tidak mau coba itu...." Ia pun tangkas membalas, "Coba dulu, dong! Biar tahu rasanya. Nanti pasti minta lagi, kamu kan belum pernah mencoba. Nah, mau enggak? Kalau belum pernah coba mana tahu? Semua itu kan harus dicoba dulu baru tahu!" Saya pun menjawab, "Eh, kamu pernah enggak digigit ular?" "Belum!" katanya. "Hm, mau coba enggak? "Apa kamu gila?!" katanya lagi. Kemudian, saya kembali berkata, "Lho, kan kamu belum pernah coba? Coba dulu dong, siapa tahu enak!" Tak mau kalah, kawan saya itu menimpali, "Mana mungkin enak? Semua orang juga tahu kalau yang namanya digigit ular itu bahaya!" "Nah, berarti kamu tahu kalau digigit ular itu bahaya padahal kamu belum pernah coba, kan? Begitu juga saya. Saya tahu kalau yang namanya narkoba itu bahaya. 


Begini saja, saya beli ular dulu, lalu saya bikin ularnya menggigit kamu, nanti baru saya pakai obat kamu. Oke?" la pun terdiam tanpa kata-kata! 

Berikut adalah contoh kasus lain yang memanfaatkan kekuatan perumpamaan.
 Mari kita simak bersama. 

Saya mempunyai seorang teman yang baru putus dengan kekasihnya. la merasa begitu sedih. 
Saking sedihnya, ia menangis setiap hari dan suatu saat ia mencoba membunuh diri. 

Untungnya saya sempat menolongnya dan ia tidak berhasil membunuh diri. 
Namun, seminggu setelah itu, setiap hari ia hanya duduk diam, menangis, merenung tanpa berkata apa- apa. Orangtuanya sudah mencoba menasihati, kawan- kawannya mencoba menghiburnya, tapi tidak satu pun yang berhasil masuk ke dalam benaknya. 

Akhirnya, saya menggunakan metode di atas. * Saya menceritakan sebuah perumpamaan seperti ini: "Ada dua keluarga bahagia yang hidup bertetangga. Suatu saat kedua istri dari keluarga itu berjanji untuk pergi berbelanja ke pasar dengan berjalan kaki. 

Namun, tiba-tiba terjadi sesuatu yang tragis di luar dugaan. Bus yang ditumpangi mereka mengalami kecelakaan dan mengakibatkan meninggalnya kedua istri tersebut. 

Tragis sekali. Akan tetapi, itu lah kenyataan hidup." "Apa yang terjadi kemudian? 

Di keluarga A, si suami tidak dapat menerima kenyataan pahit itu. Ia selalu menyalahkan diri sendiri dan mengutuki dirinya, hingga suatu saat ia pun menjadi gila. 
Ia bicara sendiri, berdialog tanpa juntrungan, dan berakhir di dalam sebuah rumah sakit jiwa. 
Akibatnya, kedua anaknya yang masih balita harus dititipkan ke sebuah panti asuhan."

 "Berbeda dengan keluarga B. Si suami mampu menerima hal itu sebagai sebuah kenyataan hidup dan terus berjuang membesarkan kedua anaknya seorang diri. 
Ia mau mempelajari hal-hal yang mungkin selama ini belum pernah dilakukannya.

 Ia dengan gigih berusaha menjadi orangtua tunggal yang terbaik bagi kedua anaknya." 

"Dua kejadian yang sama menimpa dua orang yang berbeda dan menimbulkan hasil yang berbeda.

 Nah, yang manakah dirimu? A atau B?" Tanya saya. 

Teman saya itu terdiam sesaat, lalu mengangkat wajahnya dan berkata,
 "Ded, mungkin kamu benar. Saya harus mengubah cara berpikir saya agar tidak berakhir lebih parah daripada yang sudah terjadi sekarang ini. Saya harus kuat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan yang terbaik bagi diri saya sendiri." 

Luar biasa, bukan?

 Sebuah cerita dengan penyampaian yang benar dapat mengubah manusia dan cara pandangnya secepat itu!

9. Magical Eraser (Penghapus Ajaib)

 Pada dasarnya manusia diciptakan tanpa mengenal kata "tidak".

 Kita terkadang sukar menerima kata "tidak" sebagai tanda penolakan dari orang lain terhadap diri kita. Namun, yang akan kita bahas di sini adalah bagaimana menanggapi kata "tidak" tanpa menimbulkan konflik yang berkepanjangan. 

Sesungguhnya, teorinya sangat sederhana, yakni menggunakan kata "tapi" alih-alih kata "tidak". 

Secara bawah sadar, kata "tapi" dapat digunakan untuk menghapus pernyataan yang muncul di depannya. Misalnya:
 •"Senang sekali bila saya bisa berlama-lama di tempatmu, tapi saya harus kembali sekarang karena saya ada  janji yang lain.
•"Masukan dari Anda tentang hal tersebut sangat baik, tapi saya akan mencoba apa yang sudah saya jalankan dulu." 

Seperti yang bisa Anda lihat, kata "tapi" di sini menghapus pernyataan yang ada di depannya sehingga kata atau pesan itu berganti makna. 

Hal ini sangat berguna saat kita mengajukan penolakan kepada orang lain. 

Dengan metode ini, kita tidak secara terus-terang menolak orang tersebut. Sebaliknya, kita seolah menyetujui gagasan atau tawarannya, meski setelah itu kita memberi penyangkalan. 

Hasilnya, orang yang kita ajak bicara tidak merasakan penolakan dari pihak kita, melainkan pilihan yang masuk akal. 

Bila dirumuskan metode ini adalah sebagai berikut: 

1.Katakan apa yang ingin didengar oleh lawan bicara Anda.
2.Sertakan kata "tapi".
3.Sampaikan apa yang Anda ingin agar orang tersebut dengarkan.

Jadi, apabila Anda ditanyai sesuatu hal yang sebenarnya tidak Anda setujui, seperti "Maukah kamu pergi makan sore ini?", 
Anda dapat menjawab dengan "Mau (berikan apa yang diinginkan pihak penanya), tapi (sertakan kata ini) saya sangat sibuk di kantor hingga malam nanti." 

Seperti yang Anda lihat, contoh di atas adalah contoh penggunaan kata "tapi" yang tepat guna menolak gagasan seseorang tanpa ia merasa tertolak. 

Metode ini juga sangat berguna untuk menghadapi pertanyaan menantang yang biasanya dilontarkan untuk memancing reaksi kita. 

Misalnya saja, sebagai seorang mentalist (sulap dengan aliran mental), saya kerap kali mendapatkan pertanyaan yang sifatnya menantang. 

Pernah sekali waktu saya ditanya, "Coba kalau kamu memang hebat, cari di mana Tommy Soeharto bersembunyi!" (Hal ini dilontarkan pada waktu Tommy Soeharto masih menjadi buronan). 

Jujur saja, saya tidak bisa melakukannya. 

Akan tetapi, jika saya menjawab tidak bisa, hal itu akan membuat saya merasa tidak nyaman karena terlindas oleh tantangannya. (Walaupun hal itu ditanyakan sebagai sebuah gurauan saja.) 

Maka, saya menjawab dengan metode di atas. 
Saya berkata, "Oh, jelas bisa. Tapi, harganya akan sangat mahal!" 
Di sini saya menanggapi gurauan yang bersifat menantang dengan gurauan, di mana kedua belah pihak dimenangkan. 

Pernah juga sekali waktu saya ditantang, "Ayo, kalau kamu memang hebat, coba terbang seperti Superman!" Saya hanya menjawab, "Oh, bisa sekali, tapi saya sering mabuk udara! Jadi, lain kali saja ya!" 

Dengan jawaban-jawaban seperti ini, saya secara langsung mengakhiri percakapan yang dipicu oleh orang tersebut dengan gurauan yang dari pihak saya. 

Tapi, ingatlah bahwa secara bawah sadar saya tidak pernah menjawab "tidak" kepada tantangan mereka. 
Secara bawah sadar saya memberikan masukan bahwa sesungguhnya saya bisa! 
Cobalah dalam pembicaraan sehari-hari Anda dan rasakan perbedaan perdebatan yang muncul dibandingkan ketika Anda berkata "tidak"!


10. Perbandingan Massa

 Di bagian ini, perbandingan massa dimaksudkan sebagai pembandingan kepercayaan individual dengan kepercayaan global guna mengalahkan pendapat negatif yang dilontarkan kepada kita. Sebagai seorang entertainer, banyak sekali kritikan pedas yang saya terima.

 Itu semua mungkin ditujukan dengan maksud baik yang harus diterima. 
Namun, sebagian yang masuk merupakan kritikan negatif yang mungkin sengaja dikeluarkan untuk menjatuhkan mental saya. 

Bila saya mendapatkan kritikan sebagai jembatan guna terus memperbaiki diri, saya akan menerimanya dengan hati lapang. 

Tapi, bila tujuannya sekadar untuk menjatuhkan mental saya, saya akan membalikkan kritikan atau ejekan tersebut dengan teori saya "Perbandingan Massa". 

Untuk memperjelas maksud saya, mari kita simak contoh berikut ini.
 Pernah sekali waktu saya mendengar seorang kawan berkata, "Saya rasa semua permainanmu itu palsu dan bohong. Saya rasa kamu hanya pandai menipu dan saya tidak akan percaya pada satu pun permainanmu!" 


Mendengar hal itu, saya berkata, "Saya memang tidak mungkin membuat kamu percaya, itu hakmu. Seperti banyak terjadi di dunia ini, apakah semua orang percaya kalau Tuhan itu ada? Kan masih ada saja orang yang tidak percaya. Dan, jelas kita tidak mampu berbuat apa pun soal itu, kan?" 

Lihat apa yang terjadi di sini? 
Secara tidak langsung saya memberinya jawaban bilamana ia tidak percaya, itu adalah haknya.

 Hal ini saya samakan dengan orang-orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Apa lagi yang bisa ia katakan? 

Tidak ada. Ia hanya diam. 

Perbandingan antara orang- orang yang tidak percaya pada Tuhan ini lah yang saya sebut dengan Perbandingan Massa! 

Dan, seperti biasa, jenis katanya dapat kita ubah sesuai kehendak kita. Misalnya, "Tidak masalah kalau kamu tidak percaya pada saya. 
Bukankah saat ini masih banyak orang yang tidak kunjung percaya bahwa manusia sudah bisa pergi ke bulan? 

Coba kamu bertanya pada orang- orang di rumah sakit jiwa. Pasti mereka juga tidak percaya kalau sekarang manusia sudah bisa pergi ke bulan!" 

Terdengar kasar? Mungkin.... 

Tapi, begitu lah cara menghentikan omongan yang menjatuhkan kita! 

Saya memiliki seorang kawan yang adalah seorang penyanyi kondang. 
Suatu waktu ia diejek oleh temannya yang memang tidak pernah menyukainya. Si teman mengatakan, "Saya rasa suaramu sebenarnya jelek sekali! Sama seperti kaleng pecah!" 

Kawan saya itu dengan tenang menjawab dengan metode Perbandingan Massa, "Wah mungkin juga, sih, suara saya seperti kaleng pecah. 

Untung saja para penggemar saya yang jumlahnya jutaan tidak menyadari hal itu, ya!" "Para penggemar saya yang jumlahnya jutaan" merupakan Perbandingan Massa. 

Kalimat ini secara tidak langsung menaruh si pengkritik pada posisi terkucil. Ia dibandingkan dengan jumlah yang jauh lebih besar. 

Untuk menggunakan teori ini, Anda harus mengingat satu hal, yaitu bahwa Anda memang tidak patut mendapatkan kritikan itu! 

Anda harus yakin bahwa Anda adalah orang yang cukup berhasil di bidang yang orang itu kritik, seperti kawan penyanyi saya tersebut.

 Ia dapat membalas kritikan itu karena sadar ia memang mempunyai banyak penggemar sehingga perbandingan massa dapat digunakan! 

Tapi, bila Anda memang tidak kompeten di dalam hal itu, saya rasa kritikan pedas bagaimanapun memang pantas untuk Anda, bukan? 

Oleh karena itu, adalah perlu bagi kita untuk memahami kekuatan diri sendiri terlebih dahulu sebelum berkata-kata atau membela diri di hadapan orang. 

Seperti metode-metode yang lain, hal ini jelas dapat digunakan di dalam kehidupan kita sehari- hari. Misalnya saja, ketika Anda baru dipromosikan untuk naik jabatan dan ada seorang rekan Anda yang tidak suka lalu mengkritik Anda. 

Mungkin ia berkata, "Kamu sebenarnya tidak pantas menerima kenaikan jabatan." Bila demikian kasusnya, jawablah, "Wah, untung sekali para atasan saya yang cerdas itu tidak berpikiran dangkal seperti kamu, ya?" Kembali "atasan-atasan saya" adalah Perbandingan Massa yang memposisikan individu tersebut berdampingan dengan sejumlah orang yang berpendapat lain dengannya. 

Gunakan rumus ini untuk menangkal kritik negatif yang dilontarkan kepada Anda di dalam kehidupan sehari-hari. Dan, rasakan bagaimana hal ini akan "menendang bakk" pengkritik Anda.


11. Great Wording (Penggunaan Kata yang Tepat)

 Pada bagian ini, kita akan membahas cara wording atau penggunaan kata-kata secara lebih tepat agar dapat lebih mudah memanipulasi pikiran orang yang kita hadapi.

1. Penggunaan kata "dan" Dalam memberi perintah,
 secara bawah sadar manusia akan lebih mudah menerima dua perintah yang disambungkan daripada satu perintah yang bersifat otoriter. 

Misalnya, seorang guru yang memerintah para muridnya untuk duduk tenang. Yang biasa terjadi adalah sang guru akan berkata, "Ayo, semuanya duduk tenang!" 

Tatkala ia mengatakan kalimat itu, yang terjadi adalah concious authoritarian wording atau penggunaan kata secara otoriter dan sadar. 

Akan tetapi, manakala kita menambahkan perintah lunak kedua (soft force) seperti "Ayo, semua duduk yang rapi dan dengarkan baik-baik.", segalanya menjadi berbeda. 

Kata "Dengarkan baik-baik" di sini adalah perintah terselubung yang berfungsi melunakkan perintah pertama di dalam pikiran bawah sadar para murid. 

Percaya atau tidak, hal ini lebih dapat diterima dalam alam pemikiran manusia tatkala ia menerima perintah. Itu karena, bila kita melihat pemikiran manusia secara logis, satu perintah adalah sebuah keharusan/pemaksaan. 

Akan tetapi, dua perintah yang diterima akan membuat perintah tersebut lebih lunak karena tidak tertuju pada satu hal. 

Dengan metode ini, Anda akan mendapatkan dua hal positif, yakni Anda tidak hanya mengajukan satu permintaan, melainkan dua secara sekaligus, tanpa mengesankan adanya paksaan terhadap lawan bicara Anda.

2. "Akan dan Pasti" 

Saya mempunyai seorang teman yang pekerjaan profesionalnya adalah ahli hipnotis (Romy RafaeL).

Suatu ketika saya melihat peragaan hipnotisnya di hadapan penonton dan menemukan sesuatu yang sangat berharga. 

Itu adalah rutinitas penggunaan kata-kata "akan dan pasti" di dalam permainannya secara berurutan dan berulang-ulang. 

Misalnya, "Kamu sebentar lagi akan merasakan kantuk yang begitu berat datang di dalam matamu, kamu pasti mulai merasa lelah, dan ...." 

Setelah saya berbicara dengannya dan bertanya mengapa kata-kata "akan dan pasti" sangat kerap digunakan selama pertunjukkan, ia mengatakan bahwa hal itu ia sebut sebagai suggestion command. 

Yang ia maksudkan di sini adalah perintah sugesti. 
Ia berkata bahwa penggunaan kata-kata "akan dan pasti" di sini menggantikan kata "mungkin" atau "apakah". Andaikan saya berkata, "Sebentar lagi kamu mungkin akan merasakan kantuk yang begitu berat datang di dalam matamu," di sini terlihat jelas bahwa pembicara sendiri tidak yakin. 

Oleh karena itu, pendengar secara bawah sadar juga tidak akan merasa yakin. 
Dengan menggunakan kata-kata "akan dan pasti", secara bawah sadar kita memberikan perintah pada subjek untuk menerima dan percaya pada pandangan kita. Saya melihat bahwa hal ini sangat baik bila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. 

Bandingkan kata-kata ini: 
"Mungkin kalau kamu sedikit kurus kamu terlihat lebih segar!" dengan 
"Kalau kamu sedikit kurus pasti kamu terlihat lebih segar!". Atau, 
"Kamu pasti sembuh bila meminum obat ini!" dengan "Kamu mungkin akan merasa lebih baik setelah meminum obat ini." 

Terlihat sekali perbedaan yang mencolok di antara contoh di atas. Yang satu memberikan masukan dengan yakin, sedangkan yang satu lagi memberikan masukan dengan ragu-ragu. Gunakan hal ini lebih banyak lagi dalam bahasa sehari- hari Anda. BERIKAN KEPASTIAN BUKAN KERAGUAN!

3. "You must know" (Anda pasti tahu) 

Secara psikologis manusia mempunyai pandangan tentang "Tahu Segalanya".

 Maksudnya, bila seseorang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui orang, berarti ia lebih pandai dari orang lain. 

Hal ini sesungguhnya dapat kita gunakan dalam permainan kata- kata untuk memanipulasi pola pikir orang. Simaklah contoh ini: 

Alih-alih mengatakan "Maaf, jalanan dari rumah saya sangat macet sehingga saya terlambat sampai" dengan " jalanan di sana macet. Maafkan saya karena sedikit terlambat". 

Di sini pendengar merasa bahwa ia sesungguhnya tahu sehingga ia lebih mudah memaafkan. 

Atau, contoh lainnya: "Apakah Anda tahu bahwa multivitamin ini sangat baik bagi kesehatan Anda?" dengan "Anda pasti tahu bahwa multivitamin ini sangat berguna bagi kesehatan Anda, cobalah untuk mengkonsumsinya!". 

Berbeda, bukan? 

Rasakan kapan kata-kata tersebut membuat pendengar merasa lebih yakin dan benar. 

Yang Anda pelajari di atas hanyalah sebagian dari seni manipulasi bicara yang dapat kita gunakan untuk memasukkan pemikiran kita pada lawan bicara kita. 

Namun, dengan bahasa saja tidaklah cukup. Selanjutnya kita akan membahas sedikit tentang Body Perception. 

Dalam konteks ini, itu berarti pengamatan gerak tubuh dari lawan bicara yang dapat kita manfaatkan untuk memperoleh informasi yang tak disadari darinya. ungkin Anda sudah sering mendengar atau bahkan belajar bahwa gerak tubuh manusia sesungguhnya selalu menunjukkan apa yang sedang melintas di dalam pikirannya. 

Beberapa hal dalam tubuh manusia memang secara jelas menunjukkan kenyataan ini secara nyata dan gamblang. 

Mari kita mengambil sebuah contoh: Orang yang sedang gembira pasti tertawa atau menunjukkan kecerahan dalam raut wajahnya, sementara orang yang sedang sedih biasanya menitikkan air mata, dan orang yang sedang banyak pikiran biasanya cemberut dan tampak letih. Hal-hal ini tampak jelas dalam mimik orang tersebut. 

Ketika teman Anda menangis, Anda pasti tahu bahwa ia sedang sedih (atau mungkin terlalu gembira, tergantung mimiknya). 

Dengan demikian, Anda tidak perlu lagi menerka-nerka apa yang sedang terjadi karena tubuh teman Anda itu sudah memberitahu Anda secara jelas apa yang sedang dirasakannya. 

Hal ini saya sebut sebagai Conscious Body Perception, di mana Anda dapat dengan mudah menyimpulkan apa yang terjadi pada diri orang yang sedang berhadapan dengan Anda. Dan, itu Anda ketahui hanya dengan melihat gerak tubuh atau mimik wajahnya. 

Tapi, ada kalanya hal-hal menjadi sedikit kurang jelas bagi kita untuk bisa menerka bagaimana gerak tubuh yang seseorang lakukan saat itu menunjukkan apa yang sedang ia alamin. 

Misalnya, ketika kita sedang mengajak seseorang bicara, ia mendengarkan sembari menggoyang-goyangkan kakinya. 
Apakah arrinya? 
Bosankah ia? 
Atau, itu sekadar kebiasaan? 

Hal ini saya sebut sebagai Subconscious Body Perception. Artinya, kita membutuh lebih banyak waktu dan usaha untuk mengaitkan gerakan tubuh dengan makna sebenarnya.
 Hanya saja, kita hanya akan sedikit mempelajari hal ini. 

Di sini saya akan memberikan hal-hal yang selama ini saya anggap sangat akurat dan penting guna membantu kita mempelajari lawan bicara secara lebih jelas. Ini penting agar kita dapat memasukkan pesan kita ke dalam pikiran orang itu secara jelas dan tidak menyasar.

A. True Lies (Kebohongan Sejati)

 Banyak orang mengatakan bahwa mata tidak dapat berbohong. 
Benarkah pernyataan ini? 
Menurut saya, itu sangat benar. 

Dan, bahkan ada cara untuk mengetahui kapan seseorang jujur atau berbohong hanya lewat arah pandangan matanya saja. Namun, sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang persepsi manusia yang akan sangat berkaitan dengan hal tersebut.

Pada dasarnya daya ingat manusia dibagi menjadi tiga sudut pandang utama, yaitu:

 1. Penglihatan/visual
Daya ingat jenis ini secara khusus mengingat atau merekam hal-hal yang sifatnya mengarah pada daya tarik mata saja, seperti warna, keadaan, tempat, suasana, dan sebagainya. 

Misalnya, ketika Anda mengingat bagaimana bentuk kue ulang tahun Anda pada saat Anda berusia 17 tahun. Hal ini termasuk dalam sudut pandang penglihatan.

2. Pendengaran
Daya ingat jenis ini secara khusus merekam hal-hal yang pernah didengar. 

Misalnya, nomor telepon atau alamat yang pernah ia terima. Hal ini kita sebut sebagai sudut pandang pendengaran.

3. Peraba/Perasa

 Daya ingat jenis ini secara khusus merekam hal-hal yang berhubungan dengan indra peraba, seperti rasa atau perasaan. 

Contoh, Anda ingat betapa dinginnya dulu ketika Anda berlibur ke luar negeri saat musim salju. Atau, bagaimana rasanya ketika Anda dulu menikmati makanan yang rasanya begitu asam.

 Ketiga hal tersebut direkam di dalam otak manusia pada lokasi yang berbeda-beda. Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa alam pikiran imajinasi manusia pun terbagi menjadi tiga sudut pandang yang sama persis seperti di atas. 

Yang saya maksud adalah begini: Bila Anda sedang membayangkan sesuatu di dalam pikiran Anda, secara tidak langsung Anda akan memikirkan salah satu atau beberapa gabungan dari ketiga sudut pandang di atas. 

Misalnya, ketika Anda memikirkan bagaimana rupa mobil Anda bila dicat dengan warna kuning emas. Itu adalah sudut pandang penglihatan. Atau, bagaimana rasanya memakan es batu dengan campuran minuman beralkohol. 

Ini adalah sudut pandang perasa. 
Uniknya, gerak mata kita secara bawah sadar pun dibagi ke dalam tiga sudut pandang ingatan dan tiga sudut pandang imajinasi. 

Kalau Anda tidak percaya, coba kita ikuti sedikit permainan berikut: Saya ingin Anda sekarang mengingat bagaimana bentuk dan warna baju seragam Anda ketika masih duduk di bangku TK. 
Sudah? 
Sekarang, cobalah mengingat-ingat apa warna kotak pensil Anda sewaktu duduk di bangku SD dulu? Sudah?
 Kalau diperhatikan, Anda akan sadar bahwa ketika Anda sedang mengingat-ingat, 90% mata Anda akan mengarah ke kiri atas. 

Itu karena memang di sana lah tempat korteks sudut pandang visual ingatan Anda. Dengan demikian, secara bawah sadar Anda melihat ke arah tersebut.

 Mengapa demikian? Itu adalah fakta psikologis dan biologis dari cara kerja otak manusia yang mengirimkan sinyal pada mata untuk melakukan kerja terbaiknya. 

Namun, kita tidak akan membahas hal itu lebih jauh di sini. Seperti yang telah disebutkan, ingatan manusia mempunyai tiga sudut pandang yang berbeda. 

Ketiga sudut pandang tersebut, baik penglihatan, pendengaran maupun peraba/perasa memiliki korteks-korteks yang berbeda pada otak manusia. Dan, hal tersebut memengaruhi arah pandang mata pada manusia.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Penglihatan: Arah pandang mata ke kiri atas
2.Pendengaran: Arah pandang mata ke kiri tengah
3.Peraba/Perasa: Arah pandang mata ke kanan bawah.

Itu berarti, bila Anda sedang mencoba mengingat-ingat sesuatu, arah pandang mata Anda akan bergantung pada hal yang Anda pikirkan. Apakah itu lebih menyangkut visual, pendengaran, atau peraba/ perasa. 
Cobalah sekali lagi pada diri sendiri atau orang lain. 

Tanyakan hal-hal yang mengajaknya mengingat hal-hal yang bersifat penglihatan seperti contoh di atas. Contohnya, warna baju, warna kue ulang tahun, bagaimana bentuk rumahnya dulu, atau apa bentuk kotak pensil yang pernah ia gunakan sewaktu duduk di bangku SD. Maka, 90% arah matanya akan menghadap ke kiri atas. 

Kemudian, cobalah mengajukan pertanyaan yang membuat seseorang mengingat hal-hal yang berhubungan dengan masalah pendengaran, seperti "Masih ingatkah kamu sewaktu ibu guru di SMP dulu marah? Apa yang dikatakannya?" atau
 "Masih ingatkah bagaimana syair lagu favoritmu?" 

Bila Anda perhatikan, kini matanya akan mengarah ke kiri tengah, yakni korteks pendengaran. 

Dan yang terakhir, cobalah mengajukan pertanyaan yang mengajak lawan bicara Anda mengingat hal-hal yang berhubungan dengan indra peraba/perasa, seperti rasa makanan, rasa minuman, atau juga suasana di suatu tempat yang dulu pernah ia tinggali, dan sebagainya. Perhatikan, kini matanya akan mengarah ke kanan bawah. Jangan bertanya alasannya. 

Yang jelas, hal ini sungguh terjadi seperti yang saya katakan. Dan, bukan hanya itu saja, hal sebaliknya juga terjadi. 

Bila Anda ingin mengingat hal- hal yang bersifat penglihatan, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengarahkan mata ke korteks penglihatan, yaitu kiri atas. Dan, demikianlah selanjutnya, tergantung pada ingatan apa yang hendak Anda munculkan. 

Mungkin, ini lah sebabnya terkadang seseorang kesulitan mengingat suatu hal karena ia mengarahkan matanya pada korteks yang salah. Jika hal ini terjadi, otak tidak akan membantunya menemukan jawaban yang tepat. 

Katakanlah, seseorang ingin mengingat kembali nomor telepon seorang teman yang baru saja disebutkan. Secara tidak sadar, ia justru mengarahkan matanya ke kanan bawah. 

Akibatnya, nomor telepon itu sulit diingat kembali. 

Hal sebaliknya juga berlaku, yakni bila seseorang ingin mengingat suatu hal yang berhubungan dengan penglihatan.

 Maka, akan lebih mudah baginya bila ia mengarahkan mata ke kiri atas. 
Kelambatan dalam proses mengingat akan terjadi bila ia salah mengarahkan matanya. 

Oleh karena itu, gunakan arah pandang mata Anda dengan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal tatkala ingin mengingat sesuatu. 

Lalu, pertanyaannya adalah: Mengapa kita harus membahas hal ini? 
Karena, ternyata ada hal yang sangat menarik di balik semua ini. 

Hal itu adalah fakta di mana imajinasi juga dibagi menjadi tiga sudut pandang yang sama, namun dengan kerja otak yang berbeda!

Imajinasi

1.Penglihatan

Ini merupakan wilayah di mana Anda dapat membayangkan sesuatu yang berhubungan dengan penglihatan. 

Misalnya, membayangkan bagaimana rupa Anda bila Anda berkepala botak dan berkumis. 
Atau, membayangkan bagaimana rupa seekor bebek yang mempunyai empat kaki. Itu adalah imajinasi visual (berkaitan dengan korteks penglihatan kanan atas).

2.Pendengaran 

Ini adalah wilayah imajinasi yang berkaitan dengan media pendengaran (dengan korteks penglihatan kanan tengah). 
Misalnya, membayangkan suara gajah yang sedang marah atau bagaimana merdunya suara penyanyi favorit Anda.

3.Peraba/Perasa 

Ini adalah wilayah imajinasi yang berkaitan dengan indra peraba/ perasa (dengan korteks kiri bawah). 

Misalnya, membayangkan bagaimana rasanya bermain hujan atau rasanya menikmati rujak yang sangat pedas, dan sebagainya. 

Dengan kata lain, apabila manusia sedang memikirkan sesuatu dan ia harus bcrimajinasi maka matanya akan mengarah ke korteks yang berkaitan dengan jenis memori tersebut! 

Dengan demikian, kita dapat mengetahui kapan seseorang sedang berusaha mengingat- ingat atau kapan ia sedang berimajinasi! 

Dan, kita dapat membedakannya lewat arah pandangan mereka. 

Lalu, apa gunanya? 

Gunanya, kita dapat mengetahui kapan seseorang berkata jujur dan kapan seseorang berkata bohong karena pada saat berkata jujur ia akan menggunakan korteks ingatannya, bukan korteks imajinasi!

 Katakanlah, Anda bertanya pada seseorang tentang apa yang tadi ia kerjakan? 

Seharusnya ia berkata sambil mengarahkan matanya sedikit ke kiri atas atau ke kanan bawah (penglihatan/peraba); bukan ke arah yang lain. Akan tetapi, katakanlah ia mengarahkan mata ke kanan atas, itu berarti ia sedang berusaha berimajinasi atau mengarang cerita.

 Orang itu sedang berbohong kepada Anda! 
Untuk mendapatkan contoh kasus lain, cobalah mengajukan pertanyaan "Bagaimana citarasa makanan yang tadi Anda coba?" 

Bila lawan bicara Anda jujur, matanya akan mengarah ke kanan bawah (peraba), sedangkan bila ia berbohong, matanya akan mengarah ke kiri bawah. 

 Selain itu, Anda bisa mencoba bertanya, "Apa yang tadi dikatakan rekan kerja Anda di telepon?" 

Apabila lawan bicara Anda jujur, matanya akan mengarah ke kiri tengah, bukan ke kanan tengah! Itu karena, ia harus mengingat dan bukan berimajinasi atau mengarang- ngarang. 

Jelaslah bahwa hal ini tidaklah secara langsung dapat dikatakan merupakan ilmu pasti atau sains. Akan tetapi, secara kenyataan fenomena ini sungguh terjadi pada cara otak manusia bekerja. 
Dan, dengan mengetahui cara kerja otak ini, Anda akan dengan jelas dapat mengetahui.

Visual memory
Visual imagination
Aid memory
Aid imagination
Kinesetic imagination
Kinesetic memory

 B. Fingering (Gerak Jemari)

Hal ini mungkin merupakan hal baru untuk Anda. Sekadar informasi, hal ini merupakan bagian dari ilmu rajah tangan atau palmistry, yang saya pikir akan sangat berguna bagi Anda untuk mengetahui perasaan sebenarnya dari lawan bicara Anda. 

Pada saat Anda sedang berbincang-bincang dengan seseorang bila Anda sedikit lebih teliti terkadang lawan bicara kita secara tidak sadar memain-mainkan jemari tangannya. 

Dan, hal ini menurut ilmu rajah tangan mempunyai rangkaian arti tertentu. Mari kita simak bersama maknanya. Bila seseorang menggerak-gerakkan:

a.Ibu jari atau jempol, berarti orang tersebut sedang mengkhawatirkan sesuatu atau merasa tidak nyaman dengan keadaan di sekitarnya.

b.Jari telunjuk, berarti orang tersebut sedang takut akan sesuatu hal, yakni ketakutan yang mendalam.

c.Jari Tengah, menunjukkan rasa marah yang dipendam oleh orang itu.

d.Jari manis, menunjukkan emosi yang sangat mendalam, seperti rasa sayang, rindu, cinta, sedih, dan sebagainya. 

e.Jari kelingking, menunjukkan adanya stres yang berlebihan dan terpendam, seperti merasa kekurangan waktu. 

Uniknya, selain berguna untuk mengetahui situasi orang yang sedang berhadapan dengan kita (agar kita secara tidak langsung dapat mengetahui perasaannya), pengetahuan ini berlaku dua arah. 

Artinya, apabila Anda sedang merasakan gangguan- gangguan seperti dijabarkan di atas entah itu emosi, stres, dan hal lainnya dalam sekejap Anda dapat menguranginya dengan memain-mainkan jari-jari yang bersangkutan! 

Cobalah dan rasakan perubahan sekejap mata. 
Jelas, hal ini bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri kita saat berhadapan dengan lawan bicara kita.

 C. Smile (Senyum)

Pada saat Anda berhadapan muka dengan lawan bicara Anda, berbicaralah dan perhatikan wajahnya. Kemudian, perhatikan bagian mulutnya. 

Bila gigi bagian atas lebih terlihat daripada bagian bawahnya, berarti orang tersebut mempunyai sikap rendah hati, suka membantu dan memberi. 

Namun, ia adalah orang yang sangat sulit menerima sesuatu dari orang lain. Sebaliknya, apabila yang terlihat adalah gigi bagian bawah, berarti orang tersebut cenderung lebih suka menerima dari orang lain, suka mencari-cari informasi atau pengetahuan baru, dan memiliki rasa bangga pada apa yang dapat ia capai atau atas hasil karyanya. 

Memang, tampak jelas bahwa hal ini bukanlah sebuah cabang ilmu pasti. Tapi, pengetahuan ini sangatlah akurat dalam pembuktian sehari-hari.

D. Hand Move (Gerak Tangan) 


Gerak tangan Anda pun dapat dimanfaatkan dalam pembicaraan atau dalam memasukkan pemikiran Anda pada orang lain. 

Dalam ilmu hipnotis, hal ini sangat sering dilakukan dan digunakan.

 Seorang ahli hipnotis mengetahui kapan dan bagaimana menggerakkan tangannya di hadapan orang guna memengaruhi keadaan tubuh orang itu. 

Ketika tangan digerakkan mengayun di hadapan orang yang bersangkutan dari arah atas ke bawah (dari arah matanya lalu turun ke bawah), maka secara bawah sadar gerakan ini akan membuat orang tersebut merasa rileks dan nyaman.

 la akan dapat menerima kata-kata atau masukan-masukan secara lebih jelas. Sementara itu, ayunan tangan dari bawah ke atas di hadapan seseorang akan membuatnya bergairah atau kembali ke kesegaran bawah sadar baru. 

Hal ini berguna jika kita hendak menceritakan sesuatu yang akan menghabiskan cukup banyak waktu. Cobalah sebentar- sebentar Anda mengayunkan tangan di depan orang itu dari bawah ke atas dan rasakan perbedaannya.

Masih ada berbagai hal lain sehubungan dengan gerak tubuh orang yang dapat Anda perhatikan. Misalkan, gerakan tangan menyentuh dagu. Itu berarti orang tersebut setuju dan percaya pada apa yang Anda katakana. 

Sebaliknya, gerakan tangan menyentuh hidung menyiratkan rasa ragu terhadap apa yang Anda katakan! Saya pikir hal-hal yang penting untuk Anda ketahui sudah saya ungkapkan di atas. Cobalah Anda pelajari dan praktikkan. 

Akan tetapi, perlu diingat bahwa segala sesuatu yang Anda pelajari di sini bukanlah ilmu pasti di mana 2 + 2 harus sama dengan 4. 
Maksudnya, Anda hanya dapat mencapai tingkat keakuratan yang tinggi apabila Anda mengandalkan kepekaan dalam segala hal.

 Kepekaan ini mencakup perasaan, keyakinan, dan pengetahuan yang Anda miliki dalam melihat sebuah keadaan atau suasana; tidak secara sembarang, namun dengan penuh pertimbangan.

 Gunakan pengetahuan yang disediakan di sini sebagai sebuah bahan pemikiran dan bukan sebuah keharusan. Tidak ada yang mustahil dan ini berlaku bagi Anda. 

Segala sesuatu yang telah kita bahas di atas sangatlah membantu kehidupan saya untuk mencapai apa yang sudah saya capai sekarang ini. 

Bila digunakan secara tepat, buku ini sangat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup Anda atau bahkan mengubah hidup Anda. Sebaliknya, di tangan yang salah, buku ini hanya akan menjadi sampah yang tidak ada artinya. 

Bicaralah, berikan pemikiran Anda, apa pun itu! ada saat mengetik kata-kata ini, saya berpikir, "Apa yang telah saya tulis di atas? 

Apakah hal ini akan berguna untuk Anda baca ataupun Anda cermati? Ataukah buku ini hanya akan berakhir di sebuah rak buku, tidak pernah diambil lagi, dan bahkan dilihat lagi untuk selamanya?" 

Lalu, terpikir pula oleh saya, untuk apa semua ini saya tuliskan? Apa tujuannya? 

Dan, mengapa saya perlu menghabiskan waktu lebih dari enam bulan hanya untuk beberapa puluh lembar kertas sederhana ini? 

Haruskah saya menambahkan lagi beberapa halaman kendati menurut saya itu mungkin tidak berguna sama sekali untuk Anda dan cuma mempertebal buku ini?

 Kemudian, saya kembali mencoba melihat ke dalam diri saya sendiri. 

Ternyata apa yang saya tulis di sini adalah jalan kehidupan saya.
 Itu lah yang membuat saya menghabiskan begitu banyak waktxi untuk menuliskannya. Itu lah yang membuat buku ini hanya terdiri dari beberapa puluh lembar kertas. 
Karena, memang demikianlah kehidupan yang penuh arti: 

Singkat namun berisi. Apa yang Anda baca dan pelajari di atas adalah murni sebuah pemikiran, cara, dan jalan yang saya gunakan selama berjuang untuk menjadi "orang" yang saya idamkan. 

Perjuangan saya selama ini bukanlah perjuangan yang ringan, bukan pula perjuangan yang menuntut saya menggunakan ilmu yang saya peroleh dari bangku pendidikan. 
 Namun, perjuangan ini adalah perjuangan yang penuh liku-liku di mana kesalahan langkah berakibat fatal, di mana orang dituntut untuk percaya pada ide- ide gila saya, di mana orang diajak untuk menerima saya dengan segala ketulusan. 

Dan, lembar demi lembar buku ini berhasil dituliskan melalui kata- kata tulus yang keluar dari dalam diri saya, yakni kata-kata yang tersusun rapi dengan pemikiran yang dalam dan cermat, disertai sebuah keyakinan yang luar biasa. 

Saya pernah bertanya-tanya, apabila saya menyamar menjadi orang lain, tanpa uang sepeser pun dan hanya memiliki sehelai baju yang melekat di tubuh saya, lalu diturunkan di sebuah kota yang sama sekali asing bagi saya, mampukah saya menghidupi diri sendiri? 

Mampukah saya berjuang lagi sendiri tanpa mengenal siapa pun di sana? 

Kalaupun mampu, berapa lamakah saya akan bertahan di sana? 
Dan, dengan apa saya bisa bertahan?

 Meski saya sempat bertanya- tanya, saya kemudian merasakan sebuah keyakinan yang amat dalam terkait rangkaian pertanyaan di atas. 

Ketika halaman demi halaman buku ini mulai memiliki bentuk di layar komputer saya, saya yakin bahwa saya dapat memulai kembali kehidupan saya betapa pun sulitnya. Itu karena saya mempunyai sebuah senjata yang sangat mahal dan efeknya sangat andal: 

Saya mempunyai pemikiran dan mulut untuk menyampaikannya! 
Dan, saya akan mampu hidup dengan itu! 
Saya pun berpikir dan berharap bahwa apa yang Anda dapatkan di sini bukan sekadar Anda jadikan bacaan. 

Gunakan semua ini di dalam hidup Anda sehari- hari, rasakan semua perbedaan yang mungkin Anda dapatkan, rasakan semua itu datang pada diri Anda. 

Gunakan keyakinan Anda, pengetahuan Anda, dan kata-kata Anda untuk mendapatkan segala sesuatu yang selama ini Anda dambakan. Ingadah, bila Anda meminta, Anda akan mendapatkannya! 

Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. 
Dan, saya di sini menunggu kabar itu dari Anda. Bagikan pengalaman keberhasilan Anda setelah Anda menggunakan apa yang telah saya coba sampaikan kepada Anda. 

Atau, beritahu saya kesulitan-kesulitan yang Anda alami, bila hal itu sungguh timbul pada diri Anda. Saya ada di sini, tidak sabar untuk mendengarnya, membahasnya, dan bahkan bertemu langsung dengan Anda. 

Kalau orang-orang besar yang kita kenal mampu menjadi besar dengan bermodalkan pemikiran dan kata-kata, kita pun bisa! Saya dan Anda.... Semuanya!


Deddy Corbuzier
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

0 Response to "Senjata Tercanggih"

Post a Comment